Kamis, 21 April 2011

HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK TANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI KOPI (Coffea sp.) DI DESA KUALA LAPANG KECAMATAN MALINAU BARAT KABUPATEN MALINAU

I.       PENDAHULUAN

I.I  Latar Belakang
         Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan  keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama mencapai kesejahteraan anggotanya.
Kelompok tani tidak akan berfungsi sesuai yang diharapkan jika kurangnya  pembinaan dan pelatihan kelas belajar mengajar dari aparat  penyuluh pertanian, perkebunan dan BPP.   Oleh karena itu, untuk mengetahui dinamis atau tidaknya suatu kelompok  tani, bisa di nilai atau diukur dari karakteristik petani, fungsi kelompok tani,  kemampuan kelompok tani, ciri-ciri  kelompok tani,  dan  unsur – unsur dinamika kelompok tani.
Sehingga untuk melihat dan mengukur tingkat  dinamika kelompok tani maka terlebih, dahulu dinilai unsur-unsur dinamika kelompok tani. Unsur-unsur dinamika kelompok tani yang dapat diukur seperti tujuan bersama kelompok, perasaan bersama kelompok, struktur kelompok, partisipasi kelompok, keterpaduan kelompok, dan pengendalian masalah sosial.
Seiringan dengan perkembangan pertanian perkebunan, maka dibentuklah kelompok-kelompok tani agar petani lebih aktif dan berperan dalam berbagai kegiatan. Begitu pula dengan kelompok tani yang ada di desa Kuala Lapang Kecamatan  Malinau Barat Kabupaten Malinau yang berusaha, di bidang usahatani kopi (Coffea sp.). Selain  kopi, kakao, lada, dan vanili juga menjadi usahatani perkebunan rakyat di desa Kuala Lapang Kecamatan Malinau Barat.
Kopi (Coffea sp.) merupakan  tanaman yang sangat familiar di lahan pekaran dilihat dari perluasan perkebunan kopi pada tahun 1959, luas perkebunan swasta dan perkebunan negara mencapai 47.291 hektar, sedangkan perkebunan rakyat mencapai 256.168 hektar. Total produksi kopi Indonesia pada tahun tersebut mencapai 84.274 ton hingga tahun 2007 luas perkebunan swasta dan perkebunan negara tidak menunjukkan perkembangan yaitu hanya 52.482 hektar (4%), sedangkan perkebunan rakyat telah mencapai 1.243.429 hektar (96%) (Departemen Pertanian, 2008). 
Sementara untuk wilayah Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan data statistik tahun 2010  luas areal tanaman kopi tercatat seluas 13.875,50 ha dengan produksi 3.315 ton, dan untuk luas areal perkebunan di Kabupaten Malinau 7.223 Ha, kopi seluas 1.932 Ha, dengan produksi kopi sebesar 687 ton.
Untuk mencapai sasaran yang dimaksud, maka tidak terlepas dari  upaya penerapan teknologi yang tepat, yakni baik pengolahan lahan, pemupukan, pengendalian HPT, pemilihan  bibit unggul, jarak tanam, penanganan pasca panen dan pegolahan hasil, optimis usaha tersbut menjadi kenyataan sesuai  harapan dan tujuan yang akan dicapai.
Beranjak dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan antara dinamika kelompok tani dengan tingkat penerapan teknologi pada usahatani kopi (Coffea sp.) di desa Kuala Lapang Kecamatan Malinau Barat “dengan memperhatikan tingkat dinamika kelompok tani dengan  tingakat penerapan teknologi pada usahatani kopi (Coffea sp) di desa Kuala Lapang Kecamatan Malinau Barat.
I.2. Perumusan Masalah
1.         Bagaimana tingkat dinamika kelompok tani pada usahatani kopi (Coffea sp.) di desa Kuala Lapang ?
2.         Bagaimana tingkat penerapan teknologi pada usahatani kopi (Coffea sp.) di  desa Kuala Lapang?
3.         Bagaimana hubungan dinamika kelompok tani dengan tingkat penerapan teknologi pada usahatani kopi (Coffea sp.) di desa Kuala Lapang ?

I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1.         Untuk mengetahui tingkat dinamika kelompok tani  di desa Kuala Lapang.
2.         Untuk mengetahui tingkat penerapan teknologi  pada usahatani kopi (Coffea sp) di desa Kuala Lapang.
3.         Untuk mengetahui hubungan dinamika kelompok tani dengan tingkat penerapan teknologi pada usahatani kopi (Coffea sp) di desa kuala Lapang.

I.4.    Manfaat Penelitian
          Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.         Peneliti, untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan menjabarkannya pada objek yang sesungguhnya.
2.         Pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah kelompok tani dalam rangka pembinaan dan pengembangan kelompok tani di pedesaan.


II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.I.   Fungsi Kemampuan dan  Dinamika Kelompok Tani

2.I.I.  Pengertian Kelompok Tani
Kelompok tani merupakan organisasi  masyarakat yang berada di bawah pembinaan pemerintah desa sebagai wadah partisipasi masyarakat desa yang melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian  (Mardikanto, 1993).
 Hariadi (2004), menambahkan bahwa kelompok tani merupakan sebagai unit usaha (bisnis). Organisasinya bersifat non formal, dapat dikatakan  kuat karena dilandasi oleh kesadaran bersama dan asas kekeluargaan.
Adapun faktor lain yang menentukan karakteristik individu dalam kelompok tani sangat menentukan kemajuan dari kelompok tersebut seperti umur, luas lahan,  tingkat pendidikan, dan pengalaman berusaha tani.
Menurut Hernanto (1995), tinggi rendahnya pendidikan petani akan mencerminkan kualitas petani sebagai sumber daya manusia (pengusaha). Artinya keterbatasan pendidikan akan menutup cakrawala yang ada pada memori  pikirannya, sehingga hanya bergantung pada pengalaman berusahatani secara turun temurun atau secara tradisonal dalam berusaha taninya.

2.I.2.  Fungsi Kelompok Tani
 Bahwa setiap orang memiliki peluang untuk dapat melaksanakan fungsi kepemimpinan yang baik, sehingga meskipun dia tidak memperoleh pengakuan sebagai seorang pemimpin, dia tetap saja dapat memimpin orang lain atau melaksanakan fungsi kepemimpinan yang baik (Mardikanto, 1993).
Menurut Sugarda (2001), bahwa peranan atau fungsi kelompok tani adalah sebagai kelas belajar mengajar, sebagai unit produksi, sebagai wahana kerjasama.  Dari uraian di atas, dapatlah dikatakan bahwa kelompok tani berfungsi sebagai wadah terpeliharanya kepemimpinan dan berkembangnya pengertian, pengetahuan, keterampilan, kemampuan  dan secara kegotong-royongan berusaha tani dan mengembangkan para anggotanya dalam wahana kerjasama  kelompok tani dan anggotanya.
2.I.3.  Kemampuan Kelompok Tani
Berdasarkan kemampuannya dikenal empat kelas (4) kemampuan kelompok tani dengan  ciri-ciri untuk setiap kelompok tani (BIPP, 2001),  adalah sebagai berikut:
 I.   Kelompok Pemula
a)      Kontak tani masih belum aktif
b)      Taraf pembentukan kelompok tani masih awal
c)      Pimpinan formal aktif
d)     Kegiatan kelompok bersifat informatife
 2.  Kelompok Lanjut
a)      Kelompok tani menyelenggarakan  demplot dan gerakan-gerakan terbatas.
b)      Kegiatan kelompok dalam perencanaan (meskipun terbatas)
c)      Pimpinan formal aktif
d)     Kontak tani maupun memimpin gerakan kerjasama kelompok tani
 3.  Kelompok Madya
a)      Kelompok tani menyelenggarakan kerjasama usahatani sehamparan
b)      Pimpinan formal kurang menonjol
c)      Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pemimpin kerjasama usahatani sehamparan.
d)     Berlatih mengembangkan program sendiri
 4.  Kelompok Utama
a)      Meningkatkan hubungan dengan KUD
b)      Perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produkutivitas dan pendapatan.
c)      Program usahatani terpadu
d)     Program disesuaikan dengan KUD
e)      Pemupukan modal dan kepemilikan atau penggunaan benda modal.

2.2.   Dinamika Kelompok Tani
Menurut Santosa  (2004), dinamika   kelompok tani,  merupakan  interaksi antara anggota kelompok yang satu dan anggota kelompok yang lain secara timbal balik. Artinya dinamika kelompok tani merupakan suatu kelompok yang tergabung teratur secara sosial, dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan keanggotaan secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.  
Menurut Tajuddin (2000), menambahkan untuk mengetahui  hubungan dinamika kelompok tani, lebih banyak diukur dengan kemampuan kelas kelompok  tani  yaitu kelompok tani dengan kelas kemampuan yang tinggi disimpulkan dapat berperan baik dalam penerapan teknologi, atau penerapan sapta usahatani. Sedangkan kelompok tani dengan kelas kemampuan yang rendah, disimpulkan tidak dapat berperan baik dalam penerapan teknologi atau sapta usahatani.
Menurut Kusdirianto (1991), diketahui perbedaan kelas kelompok akan menunjukan pula perbedaan tingkat kepemimpinan kontak tani, selanjutnya perbedaan kelas kelompok akan menunjukan pula perbedaan tingkat dinamika kelompok tani.
Singgih (1995), bahwa tingkah laku dalam kelompok adalah hasil dari interaksi yang dinamis antara  individu-individu dalam situasi sosial. Artinya terbentuknya sebuah kelompok atas kesadaran dari dalam diri (pisikologi) seseorang yang mau ikut dan bergambung  dalam sebuah himpunan kelompok.
 Menurut Marzuki (2001), faktor yang mempengaruhi kedinamisan kelompok yaitu tujuan, struktur, fungsi tugas, pembinaan dan pengembangan, kekompakan, suasana, tekanan dan efektivitas kelompok. Artinya untuk mewujudkan suatu dinamika di dalam kelompok tani maka memerlukan tiga proses interaksi sosial yaitu proses komunikasi, kepemimpinan dan  partisipasi yang melibatkan  kelompok tani terlibat langsung dalam proses tersebut.
Menurut Hadari (1995), anggota kelompok tani tidak akan efektif menjalankan tugas dan kewajiban  tanpa pengendalian, pengarahan dan kerjasama dengan pemimpin.  Artinya hubungan yang ada seperti ini merupakan peluang bagi anggota untuk mengkomunikasikan hasil berpikir, antara pemimpin atau dengan anggota dan antara anggota.
Menurut  Djoni dkk (2000),  bahwa kelompok yang dinamis ditandai oleh selalu adanya kegiatan ataupun interaksi baik di dalam maupun dengan pihak luar kelompok untuk secara efektif dan efisiensi mencapai tujuan-tujuannya.
Departeman Pertanian  (1989), unsur-unsur  yang membentuk dinamika kelompok  tani dapat dinilai dengan mengukur nilai dari masing-masing unsur dinamika kelompok. Unsur-unsur yang  nilainya tidak baik dianggap menjadi sumber kurang dinamisnya kelompok tersebut, sebaliknya jika unsur-unsur yang dinilai baik maka kelompok tersebut dikatakan dinamis terdiri dari enam unsur yaitu :
I).  Tujuan Bersama Kelompok
          Untuk menilai keefektifan sebuah kelompok atau organisasi adalah menilai anggotanya seberapa jauh mereka mencapai tujuan-tujuan kusus yang telah ditetapkan bersama oleh ketua kelompok dan anggota kelompok dalam sebuah oragnisasi tersebut.

2).   Perasaan Bersama Kelompok
Semangat yang tinggi dan kesetiaan mendalam kepada kelompok, ikatan emosional yang erat antara anggota, saling menerima masukan dan memberi ruang menjadi diri sendiri dan kreatif akan menimbulkan kekompakan yang kuat antara anggota kelompok ( Charles, 1991).
Kekompakan kelompok ini menunjukan bahwa adanya tingkat rasa untuk tetap tinggal dalam kelompok tersebut. Anggota kelompok yang memiliki kekompakan yang tinggi lebih terangsang untuk aktif mencapai tujuan kelompok.

3).   Struktur Kelompok
Struktur kelompok menunjukan bahwa status, pembagian peranan dan urutan kekuasaan di dalam kelompok. Struktur berhubungan dengan pengambilan keputusan tugas dan bagian aliran komunikasi terjadi dalam kelompok serta sasaran bagi kelompok untuk berinteraksi, diperlukan  musyawarah dan mufakat.

4).   Partisipasi Kelompok
Faktor  partisipasi ini sangat menentukan terhadap dinamika kelompok tani perkebunan kopi karena semakin aktif anggota kelompok dalam berpartisipasi maka akan semakin dinamisnya kehidupan kelompoknya.
Partisipasi dalam berpikir memecahkan masalah-masalah kelompok perlu digalakan, partisipasi dalam mewujudkan keputusan, menjadi sebuah kegiatan yang perlu dibina dan dikembangkan, sehingga tujuan kelompok dapat dicapai secara maksimal.

5).   Keterpaduan Kelompok
            Dalam persatuan tidak saja ada kekuatan tetapi juga sifat ekseklusif, ke”kita”an yang dinamika oleh yang bukan anggota kelompok. Hubungan yang ada diantara anggota kelompok dan para pengurus dan dukungan lingkungan fisik diwujudkan sebuah kegiatan yang terpadu. Karena keterpaduan menghasilkan suasana kerja dimana kelompok itu memberi kesan kepada semua anggota bahwa mereka dianggap setaraf.


6).   Pengendalian Sosial
            Masing-masing kelompok mempunyai adat kebiasaan ritual norma-norma perilaku (apa yang wajib dilakukan) dan peraturannya sendiri. Suatu ketegangan yang bermanfaat dapat menumbuhkan dorongan berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan kelompok.

2.3.  Sejarah Singkat Perkebunan kopi di Indonesia
Tanaman kopi (Coffea sp.) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis tanaman ini berasal dari Benua Afrika. Dibudidayakan di Indonesia khususnya di Pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada waktu itu masih dalam taraf percobaan.
Di Jawa, tanaman kopi ini mendapat perhatian sepenuhnya baru pada tahun 1699, karena tanaman tersebut dapat berkembang dan berproduksi baik. Maka berkembang budidaya perkebunan kopi tersebut kesetiap daerah dari pulau Jawa. Bibit kopi di Indonesia pertama kali didatangkan dari Yaman pada waktu itu jenis yang didatangkan adalah kopi Arabika.
             Kopi Arabika ini tidak cocok dibudidayakan di daerah dataran rendah karena tidak tahan terhadap serangan penyakit Hemileia vastatrix sehingga pada tahun 1875  didatangkan jenis kopi Liberika yang berasal dari Afrika Barat yang tadinya diduga bahwa tahan terhadap penyakit tersebut, yang ditanam sebagai sulaman dari tanaman kopi Arabika yang mati namun kenyataan tidak tahan juga terhadap penyakit tersebut. Sehingga pada tahun 1900  Linden mengirimkan kopi  Canephora ke Jawa yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama kopi Robusta dari Brussel.
2.3.1.  Tinjauan Umum Tanaman Kopi (Coffea sp.)
Kopi merupakan jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh di mana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Jenis kopi yang banyak diusahakan di Indonesia yaitu Robusta dan Arabika.
Adapun Klasifikasi tanamn kopi (Coffea sp.)  berdasarkan klasifikasi dan botani tanaman, kopi termasuk dalam:
 Kingdom        :Plantai (tumbuhan)
 Divisio            : Spermatophyta (tumbuh berbunga)
 Sub Divisio
   : Angiospermae (menghasilkan biji)
 Class               :  Dicotyledonae (berkeping dua /dikotil)
 Ordo               : Rubiales
 Family            : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
 Genus             : Coffea
 Spesies           : Coffea robusta Lindl. Ex De Will
Tanaman kopi dapat tumbuh optimal pada 0 - 10 0 C  LS dan 0 - 5 0 C  LU. Untuk iklim yang mempengaruhi pertumbuhan kopi adalah elevasi 800 -1500  mdpl untuk kopi jenis Arabika dengan suhu antara 17 - 21 0 C. Jadi syarat umum untuk di Indonesia agar biasa produktif dan tahan terhadap  penyakit Hemileia vastatrix, ditanam pada ketinggian 1.000-1.750 m dari permukaan laut, dengan suhu sekitar 16-20 0C.  Sedangkan  kopi rubusta dapat ditanam pada elevasi            0 – 1500 mdpl dengan temperature rata-rata 21-24 0C. Di mana dengan curah hujan 2000-3000 mm/th dan keasaman tanah  atau pH tanah 5.5 - 6.5  artinya tanah yang dalam banyak mengandung humus tanah yang lebih asam, dengan catatan fisik tanaman kopinya baik sesuai dengan fisiologi tumbuhan tanaman kopi. 

2.3.2.  Varitas/Klon
Pada sejarah singkat mengenai tanaman kopi ( Coffea sp.) bahwa dalam garis besarnya varietas atau jenis tanaman kopi itu ada 3 (tiga) yakni kopi Arabika, Robusta, dan Liberika.   Adapun jenis klon yang baik dibudidayakan adalah Arabika Bp 42, dan Robusta ,Bp 358, (Aksi Agraris Kanisius, 1980).

2.4.  Budidaya dan Bercocok Tanam
            Di dalam rangka bercocok tanam, selain memperhatikan keadaan iklim, jenis dan varietas yang akan ditanam, juga harus diperhatkan pekerjaan-pekerjaan yang akan dijalankan, seperti:

2.4.I. Pembibitan
Pembibitan tanaman kopi dapat digolongkan menjadi dua (2) yakni baik secara generatif dan vegetatif. Secara generatif merupakan pembibitan yang berasal dari biji unggul (Sadjad, 1993). Biji tumbuh kalau dipelihara dan ada campur tangan manusia, yang tujuannya untuk dibudidayakan  Kuswanto ( 1997), benih adalah tanaman mudah yang sudah tumbuh di persemaian dan siap dipindahkan ke lokasi penanaman, dengan memperhatikan  benih tersebut bermutu atau tidak, salah satunya adalah mutu fisik, mutu fisiologi, dan mutu genetik. Ditambahkan oleh Sadjad (1993), rendahnya mutu genetik maka pertumbuhan gulma yang dominan pada perkebunan tersebut. Sementara pembibitan secara vegetatif  merupakan dengan cara sambung dan stek, dengan kata lain berasal dari pembiakan secara generatif.

2.4.2. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dimulai perlu memperhatikan keadaan tanah itu sendiri, baik mengenai kesuburan  tanahnya, cara pengolahan lahan, pada lahan kering harus diperhatikan adalah kodisi lahan secara umum, pengolahan lahan di lahan kering  dapat dilakukan secara sempurna (OTS ) atau olah tanah secara intensif  (Prasetyo,  1996).

2.4.3.   Mengatur Jarak Tanam
Mengatur jarak tanam, bermaksud agar tiap-tiap tanaman tidak saling mengganggu sehingga memperoleh intensitas penyinaran secara optimal. Dewasa ini hampir semua perkebunan bibit kopi Robusta dan Arabika dengan menggunakan jarak tanam berkisar 2,5 m - 3 m dengan perkiraan jumlah tanaman perhektar adalah 1.100-1.500 pohon. Namun yang menentukan produksi tanaman kopi itu baik atau tidaknya adalah kesuburan, pada tanah yang subur jarak tanam dibuat renggang, tetapi jika tanah itu tidak subur tanaman dibuat agak rapat, Menurut Lamina (1989), jarak taman yang  dianjurkan  lebih rapat guna mengurangi jumlah penguapan air dari tanah, dan tergantung juga dari penanaman pohon pelindung karena, umur tanaman akan lebih panjang, menghindari adanya over-produksi, kepekaan serangan hama penyakit lebih berkurang.
Adapun pohon pelindung yang sering digunakan pada pelindung tanaman kopi adalah pohon dadap (Eurythrina lithosperma), pohon sengen, (Albizzia falcate) dan pohon Lamtoro (Leucaena glauca). Pohon  ini sering dipergunakan untuk sebagai bahan pelindung tanaman kopi di perkebunan, karena tumbuhnya cepat, bentuk dari naungannya merata.

2.4.4.  Pemeliharaan Tanaman Kopi
Pemeliharaan tanaman kopi merupakan syarat penting bagi setiap petani. Salah satunya  adalah  penyulaman, tanaman kopi perlu adanya penyulaman  untuk mengurangi tingkat kematian pada tanaman kopi.
Selanjutnya adalah pemangkasan bila tanaman  sudah mulai dewasa atau berumur hampir produksi maka dilakukan pemangkasan baik pemangkasan pohon-pohon pelindung maupun cabang ranting-ranting yang tidak berproduktif agar proses penyinaran matahari selalu optimal.
Adapun pemangkasan tanaman kopi terdiri dari tiga jenis pemangkasan yakni pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan peremajaan. Pada pemangkasan bentuk bermaksud agar tanaman biasa membentuk mahkota pohon yang dikehendaki, setelah melakukan pemangkasan bentuk maka dilakukan pemengkasan pemeliharaan yakni membuang semau cabang sekunder dengan jarak  ± 15-20 cm dari cabang-cabang primer.
Setelah itu akan dilakukan pemangkasan peremajaan adalah untuk membuat kebun kopi yang sudah tua dan pohon-pohon kopi yang tidak berproduktif menjadi muda kembali tanpa disertai penanaman secara besar- besaran.
2.4.5.   Pemupukan
Pada umumnya pemupukan tanaman kopi diberi 2 kali dalam satu tahun, terkecuali kopi muda hanya diberi sekali. Sedangkan pupuk yang mengandung  N diberi 2 kali dan pupuk yang mengandung  P dan K  hanya diberi  satu kali yakni pada bulan  Maret/ Mei.

2.4.6.   Pengendalian Hama dan Penyakit
Hasan Baris Jumi, (1991). Dari sekian banyak musuh tanaman hama merupakan peranan penting, karena jumlahnya  yang cukup banyak dan hampir separuh menggangu tanaman. Gangguan pada tanaman kopi yang sangat merugikan  tingkat produksi tanaman kopi salah satunya adalah penyakit, penyakit yang banyak muncul salah satunya adalah penyakit akar hitam. Pada budidaya kopi penyakit akar  hitam ini dapat merugikan  berat pada perkebunan kopi sedangkan penyakit akar coklat (W.Bally, 1931), jamur ini menghabiskan persediaan makanan yang berasal  dalam tanah (sisa-sisa akar ) dengan sangat lambat, sehingga dapat bertahan lama. Serangan pada penyakit ini dapat dilihat pertumbuhan daun  kurang segar, warna daun menguning, layu dan arahnya menggantung  sehingga daun rontok dan gugur..

2.4.7.  Panen Buah Kopi
Panen buah kopi tidak hanya dilakukan sekali saja, melain kan mengikuti gelombang musim bunga hal ini bisa berjalan 3 – 4 bulan. Dari bunga sampai buah itu masak makan  waktu 8 – 12 bulan apabila musim bunga berlangsung berawal dari bulan april juli musim panen akan berlangsung dari bulan mei sampai bulan agustus berikitnya.

2.4.8.   Pengolahan Hasil
Di dalam dunia perdagangan, kopi hanya dapat diperdagangkan dalam bentuk biji-biji yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit untuk mendapatkan kopi beras perlu ada pengolahan .  Pengolahan kopi ada dua cara yakni:
1)      Pengolahan kering yang biasanya disebut” O.I.B.”  singkatan dari Oost Indische Bereiding. Pengeringan ini bisa dilakukan dengan dua tahap pertama-tama dengan menggunakan bahan bakar dengan panas 100 0C dengan kandungan air  tinggal  20%  kedua dengan panas sinar  matahari  ± 50 0C – 60 0C, sehingga kandungan airnya tinggal 6-8 % proses pengeringan ini memakan waktu berkisar 4-6 hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar